Dauztech.blogspot.com

DT

Minggu, 24 Februari 2013

Perbeda ta'aruf dengan pacaran


Apa bedanya ta'aruf dengan pacaran ???

Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan,  pihak laki dan wanita dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira  terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi  kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan  etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang  mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi ta`aruf  bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat  realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua.


Disinilah letak perbedaan antara pacaran dengan taaruf. Pacaran adalah  jalan-jalan asyik berdua, jajan, nonton, bermesraan dan bercumbu. Sama  sekali tidak ada porsi tentang persiapan real untuk hidup. Bahkan  pacaran cenderung bohong dan menipu, karena umumnya masing-masing pihak  ingin tampil ‘wah’ di depan pasangannya. Bedak, gincu, parfum, pakaian  bagus, mobil dan segala asesoris lainnya adalah sesuatu yang harus  ditonjolkan. Semua sangat jauh dari kehidupan real nanti dalam keluarga.


Padahal setelah menikah, justru semua itu akan ditinggalkan dan  masing-masing baru akan tampil dengan wajah dan kelakuan aslinya.  Padahal dahulu hal-hal seperti itu tidak pernah dibahas dalam masa  pacaran, karena semua waktunya tersita untuk jatuh cinta.

Islam  sesungguhnya sejak awal sudah memperkenalkan istilah ta’aruf sebagai  sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan. Ta’aruf  sangat berbeda dengan pacaran. Ta`aruf adalah sesuatu yang syar`i dan  memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah.  Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan  dan manfaat.

Tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat,  zina dan maksiat. Sedang ta’aruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk  mengetahui kriteria calon pasangan

Istilah pacaran sebenarnya  tidak ada batasan bakunya, namun umumnya yang namanya pacaran itu  –apalagi di zaman permisif dan hedonis sekarang ini- tidak lain adalah  hubungan lain jenis non mahram dengan segala aktifitas maksiatnya dari  khalwat, zina mata, zina telinga dan sampai zina kemaluan.

Bahkan beberapa penelitian di berbagai tempat seperti di Yogyakarta  beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa sebagian besar pasangan pacaran  itu memang telah melakukan hubungan tidak senonoh mulai dari bercumbu,  berpelukan, berciuman sampai persetubuhan. Parahnya, semua itu umumnya  dilakukan oleh para mahasiswa yang nota bene terpelajar dan calon  pemimpin bangsa.

Jadi hampir bisa dikatakan bahwa pacaran itu  tidak lain adalah zina atau minimal mendekati wilayah zina yang memang  haram dan dilarang oleh semua agama.

Lalu bagaimana seorang laki-laki bisa mengenal calon pasangan hidupnya kalau bukan dengan cara pacaran ?

"Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu menyendiri dengan seorang perempuan, kecuali bersama mahramnya."

Imam Qurthubi dalam menafsirkan firman Allah yang berkenaan dengan  isteri-isteri Nabi, yaitu yang tersebut dalam surah al-Ahzab ayat 53,  yang artinya: "Apabila kamu minta sesuatu (makanan) kepada mereka  (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik tabir. Karena yang  demikian itu lebih dapat membersihkan hati-hati kamu dan hati-hati  mereka itu," mengatakan: maksudnya perasaan-perasaan yang timbul dari  orang laki-laki terhadap orang perempuan, dan perasaan-perasaan  perempuan terhadap laki-laki. Yakni cara seperti itu lebih ampuh untuk  meniadakan perasaan-perasaan bimbang dan lebih dapat menjauhkan dari  tuduhan yang bukan-bukan dan lebih positif untuk melindungi keluarga.

Ini berarti, bahwa manusia tidak boleh percaya pada diri sendiri dalam  hubungannya dengan masalah bersendirian dengan seorang perempuan yang  tidak halal baginya. Oleh karena itu menjauhi hal tersebut akan lebih  baik dan lebih dapat melindungi serta lebih sempurna penjagaannya.

Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan  sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama  mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (Riwayat Ahmad)

Selama ini kita menganggap bahwa pacaran itu adalah metode untuk  melakukan pendekatan untuk mengenal lebih dekat. Namun kenyataannya  tujuan itu jarang yang tercapai. Karena umumnya alih-alih melakukan  pendekatan, yang terjadi justru melakukan sekian banyak bentuk  kemaksiatan.

Buktinya, berapa banyak pasangan muda yang sebelum  menikah sempat pacaran bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai 5 – 10  tahun, sayangnya begitu mereka menikah langsung cerai dan hancur  berantakan rumah tangganya. Belum lagi meningkatnya kasus hamil di luar  nikah oleh pasangan sendiri dan juga perilaku seks bebas di kalangan  mahasiswa dan pelajar.

Istilah pacaran itu sendiri udah menjadi  "biasa" ama qta.dimana pasangan tidak sah melakukan serangkaian  aktifitas bersama. n kebanyakan aktifitas pacaran itu identik dengan  apel malam minggu (namanya apel sudah pasti berduaan, karena kalau  rame-rame namanya rombongan), juga nonton ke bioskop berdua,  berboncengan sepeda motor, jalan-jalan berduaan, makan di restoran  berduaan, tukar menukar SMS, saling bertelepon siang dan malam dan semua  aktifitas lain yang mengasyikkan. Intinya adalah kebersamaan dan  berduaan. Hampir sulit dikatakan pacaran bila semua itu dilakukan  bersama-sama dalam kelompok besar.

Bahkan hakikat pacaran  adalah pada keberduaannya itu. Inilah pacaran yang dikenal dan bukan  yang tertulis dalam kamus. Jadi dengan pengertian yang lazim dikenal  sekarang ini tentang pacaran, maka tidak bisa lain semua itu adalah  khalwat yang diharamkan.

Islam sudah memperingatkan laki-laki  dan wanita yang bukan mahram untuk tidak menyepi berduaan karena yang  ketiganya adalah setan.

source:link

0 komentar:

Posting Komentar